Thursday, March 30, 2017

debus dan sejarahnya

DEBUS adalah salah satu jenis kesenian tradisional rakyat jawa Barat yang terdapat didaerah dan sudah ada di cikampek sejak lama. debus mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras,digigit ular berbisa dan lain- lain.

cikampek adalah salah satu kota yang ada di Indonesia .
orang orang cikampek adalah orang Sunda juga, karena kebudayaan yang ditumbuhkembangkan oleh mereka pada umumnya sama dengan orang Sunda.
Dalam kebahasaan misalnya, orang cikampek menggunakan bahasa yang mereka sebut sebagai bahasa sunda karawang, yaitu bahasa yang menunjukkan beberapa perbedaan dibandingkan dengan bahasa Sunda yang lain, terutama dalam intonasinya. Lepas dari masalah kesamaan dan perbedaan kebudayaan yang ditumbuhkembangkan oleh orang Sunda dan orang cikampek itu, yang jelas bahwa cikampek adalah sebuah suku bangsa yang ada di Provinsi jawa barat

Sebagaimana masyarakat suku bangsa lainnya di Indonesia, orang cikampek juga mempunyai berbagai jenis kesenian tradisional. Salah satu diantaranya adalah debus dan atraksi ular. Artinya, mungkin jika seseorang mendengar kata "debus", maka yang terlintas dalam benaknya adalah "Banten".

Konon, kesenian yang disebut sebagai debus ada hubungannya dengan tarikat Rifaiah yang dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16. Para pengikut tarikat ini ketika sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena "bertatap muka" dengan Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi yang mereka gunakan adalah "lau haula walla Quwata ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Jadi, kalau Allah mengizinkan, maka pisau, golok, parang atau peluru sekalipun tidak akan melukai mereka.

Di Banten sendiri pada awalnya kesenian ini berfungsi untuk menyebarkan ajaran Islam. Namun, pada masa penjajahan Belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten untuk melawan Belanda. Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, kesenian ini hanya berfungsi sebagai sarana hiburan semata.
oleh karena itu para pemuda cikampekmulai memainkan kembali atraksi debus ini,agar tidakpunah terkikis oleh kemajuan zaman dan tergeseroleh budaya barat yang mulai banyak di gemari para pemuda sekarang

Sejarah
Mama Ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajaran agama islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat, sedangkan ajaran agama islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya.Pada tengah malam bulan purnama Mama Ajengan mengumpulka para santrinya untuk bersama-sama menciptakan satu kesenian yaitu menabuh seperangkat alat-alat yang terbuat dari pohon pinang dan kulit kambing sehingga dapat mengeluarkan bunyi dengan irama yang sangat unik sekali yang kemudian kesenian tersebut dinamakan debus.v Dengan cara menyajikan kesenian ini, diharapkan dapat menarik masa yang banyak, Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan tugas menyebarluaskan ajaran agamanya nanti dan mungkin akan banyak rintangan-rintangannya maka disamping belajar kelihaian menabuh alat-alatnya diajarkannya pula ilmu-ilmu kebatinan baik rohani maupun jasmani dipelajarinya pula ilmu-ilmu kekebalan /kekuatan dalam dirinya masing-nasing umpamanya tahan pukulan benda-benda keras seperti batu bata, kayu, kebal terhadap golok-golok tajam dsb.Menjalani dan mendalami berbagai ilmu-ilmu kebatinan tersebut untuk menjaga apabila terjadi dikemudian hari sewaktu mereka mempopulerkan ajaran agamanya.Di dalam rangka mempertunjukan kesenian debus tersebut mama Ajengan dan para santrinya yanh telah mahir dan dibekali oleh ilmu-ilmunya masuk, keluar kampung bahkan ke berbagai kota mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat umaro tua muda, laki-laki perempuan sambil memasukkan pengaruh ajaran agamanya lewat kesenian yang dipertunjukannya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan berjanji yang mengambil dari kitab suci Al-qur'an yang isinya mengajak masyarakat banyak untuk dapat memahami dan melaksanakan ajaran agama islam.Sampai sekarang secara turun temurun kesenian debus masih dipergunakan sebagai media untuk menghibur para tamu yang datang ke daerah tersebut disamping itu sering disajikan pada acara hajatan (kenduri) umpamanya hajat chitana ,hajat perkawinan atau upacara hari besar Umat Islam, yang sangatunik sekali sampai sekarang masih diperingati tiap terang bulan purnama tanggal 14 oleh keturunan mama Ajengan.[1] Lagu-lagu pengiring pada kesenian debus biasanya bernafaskan Islam disamping berbahasa Arab, sebagai pujian dan pujaan yang menganggeungkan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

0 comments:

Post a Comment